Kamis, 19 Februari 2015

Kerinduan

Sudah terlalu lama aku tidak bercerita di sini.

Yeah, kalimat di atas terlalu sering aku gunakan untuk memulai postingan baru di sini.. Ha! Manusia memang suka dengan pengulangan. Entah mengapa.

Tapi tidak terlalu mengulang juga. Aku sudah tidak lagi memakai kata "neng" untuk menyebut diriku sendiri, padahal di sini banyak yang memanggilku demikian. Itupun entah mengapa.


Jika aku melihat postingan-postingan sebelumnya, aku mengambil kesimpulan, sepertinya seorang Theslan menggunakan blog ini untuk mencurahkan kegundahan hatinya. Dasar bodoh!


Dan hari ini pun aku sedang mengulang kebodohan yang sama.


Sebenarnya ada banyak kegundahan yang telah berlalu yang ingin sekali aku ceritakan. Tentang orang-orang yang terlihat suci dan mengatai aku "jalang" namun sebenarnya merekalah yang hidup dalam kejalangan. Sebenarnya? Oh ya, aku memakai kata itu. Yang benar saja! Aku telah bertingkah layaknya Tuhan sekarang. 

Tapi bukan itu yang mau aku bahas.

Sama seperti beberapa postingan lalu, prelude yang kugunakan terlalu panjang. Ah, pengulangan!


Baiklah.
Aku merindukan seseorang beberapa hari ini. Mengingatnya selalu berhasil membuatku menangis. Malam-malamku aku habiskan dalam tangisan di balik selimut yang menutupi seluruh tubuhku. Aku bahkan kesesakan karenanya. Aku, SUNGGUH, sebelumnya tidak ingin membagi kerinduan ini pada siapapun. Bahkan dengan orang yang-selama ini aku anggap mirip-dengannya sekalipun. Tapi aku rasa itu tidak bagus.

Ya, ada seseorang yang mirip dengannya di sini. Tidak! mirip bukan kata yang tepat. Orang ini selalu berhasil membuatku merasakan kehadirannya dan membawa setiap kenangan yang pernah kita buat. 
Bau tubuhnya, aku rasa dia memakai sabun yang sama dengan orang yang aku rindukan. Bau rambutnya pun sama persis. Aku suka menandai sesuatu dari baunya. Seperti bau SMP ku yang sama dengan bau jalan Hasanudin di Bandung. Setelah beberapa kali aku melewati jalan itu, aku merasa baunya familiar tapi aku tidak ingat sampai ketika libur Lebaran aku mendatangi SMPku dan bau yang sama itu muncul. Coba saja jika tidak percaya. 

Seperti bau pak Mariano, Okvianto dan ka Ane mereka punya bau yang sama. Bau sabun yang sama. Aku tidak tau sabun merk apa, yang jelas baunya sama. Juga bau orang ini dan orang yang aku rindukan. Sama.

Aku tidak perlu memeluk orang tersebut untuk mengetahui baunya. Walau aku sangat ingin sekali. Karena aku rindu pelukan orang yang aku rindukan dan aku harap dia bisa menggantikannya. 

Tidak! Tidak! aku mulai mengingat-ingat apa saja yang sama antara dia dan orang yang aku rindukan dan aku rasa "selalu" bukan kata yang tepat. "Seringnya" sepertinya iu kata yang tepat. Tidak selalu tapi seringnya. Dia menjagaku tapi tak sehebat orang yang aku rindukan. Dia memperhatikanku tapi tak sedetil orang yang aku rindukan. Oh, aku rasa mataku mulai berkaca-kaca. Aku merindukannya. SANGAT!


Beberapa hari yang lalu aku berkata pada orang ini kalau aku merindukan orang yang aku rindukan. Dia menepuk pundakku dan tersenyum. Dia sepertinya tidak tau harus berkata apa-apa. Baguslah, karena akupun tidak ingin mendengar apa-apa saat itu. Tapi apa yang dia lakukan membuatku merasa sedikit lebih tenang. Yeah, saat itu aku pikir setidaknya ada orang yang mengetahui bahwa aku merindukan seseorang. Sehingga, ketika tiba-tiba aku kehabisan energi dan mati, ada yang tau kenapa. Yeah, aku mati karena kerinduan yang berbuah lara. Tapi, tidak. Maksudku, belum.


Ada banyak kalimat "kalau saja dia ada saat ini, mungkin aku...." setiap kali aku mengingatnya. Banyak tapi percuma. Tidak akan aku sebutkan, percuma!


Aku hanya menginginkan kehadirannya seperti dulu. Sebentar lagi ulang tahunku. Oh, yeah aku memang pembenci hari ulang tahun. Tidak pernah suka sama sekali dengan hal-hal peringatan seperti itu. Pengulangan!

Entahlah, aku tidak terlalu berani berharap ada hal yang besar di hari yang paling aku benci di hidupku ini. Mungkin akan seperti tahun-tahun lalu, aku akan tetap membencinya. Tidak usah mengirimiku ucapan atau doa karena seperti tahun lalu aku tidak akan membalas satupun ucapan atau doa kalian. 


Ah, sudahlah. Sudah malam. Sudah saatnya terlelap karena besok masih ada hari yang menanti.

Yeah, malam. Malampun mengingatkanku padanya. 
Aku rindu malam-malam di mana di memasuki kamarku untuk memastikan aku sudah tidur dan menyelimutiku lalu mencium keningku. Aku tahu karena beberapa kali aku pura-pura tidur saat langkahnya mendekati kamarku. Tapi aku selalu tersenyum ketika dia mencium keningku, di situlah dia tahu bahwa aku sedang membohongiku, dan langsung memukul pelan keningku yang telah ia cium. Aku tertawa dan dia berkata "Ayah kira nuna udah tidur". Kitapun tertawa bersama.



(orang yang bersama denganku pun suka memukul pelan keningku setiap kali dia merasa apa yang aku katakan atau aku lakukan itu gila)



 
THEStimony Blogger Template by Ipietoon Blogger Template